Saudaraku, Sahabat yang di rahmati Allah S.W.T..
Kalau sebelumnya Baginda Rasulullah S.A.W. memberikan penjelasan mengenai
rahasia terkabulnya doa dari sisi waktunya, maka kali ini kepada Ali bin Abi
Thalib, Baginda Rasulullah S.A.W. menyampaikan kunci terkabulnya doa dari sisi
cara atau etikanya.
Perlu diketahui bahwa sebuah doa bisa cepat terkabul
atau tidak, bahkan bisa bertolak atau tidak adalah dipengaruhi oleh etika kita
kala memanjatkan doa kepada Allah S.W.T.. Memang Allah S.W.T. akan mengabulkan
semua doa, tetapi ada doa-doa tertentu yang di khususkan oleh Allah S.W.T.
daripada doa-doa yang lain. Dikhususkannya doa tersebut boleh jadi dalam bentuk
tingkat kemaqbulannya lebih manjur ketimbang doa-doa biasa yang tidak
dikhususkan oleh-Nya.
Sesuai dengan Wasiat Baginda Rasulullah S.A.W.
kepada Ali bin Abi Thalib sebagaimana hadits di atas tersebut, dan juga
hadits-hadits lain yang senada, setidak-tidaknya ada beberapa etika berdoa yang
semestinya kita lakukan demi cepatnya pengabulan doa, yaitu :
Berdoa harus ditujukan kepada Allah S.W.T., bukan
kepada yang lain.
Sebaiknya berdoa jangan langsung mengutarakan
permohonannya/ hajatnya. Tetapi memulai doa dengan bacaan ta’awudz
(A’udzubillahi mi nasysyaithanir rajiim), bacaan basamalah yang dilanjutkan
dengan puji-pujian kepada Allah S.W.T, kemudian Sholawat kepada Baginda
Rasulullah S.A.W..
Pilihlah waktu-waktu tertentu yang dianggap sebagai
waktu yang mulia, seperti misal; setelah sholat fardhu, waktu sahur, saat
berpuasa, saat turun hujan, atau berdoa pada saat tengah, atau sepertiga malam
sehabis sholat tahajjud, dan waktu-waktu tepat yang lainnya.
Berdo’alah dengan posisi Menghadap Qiblat seraya
mengangkat kedua tangan.
Berprasangka baik kepada Allah S.W.T. dalam arti
yakin bahwa doa yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan.
Berdoa dengan merendahkan diri dengan menyadari
bahwa diri ini sangatlah lemah, bahkan kalau perlu menangislah kepada Allah
S.W.T. (dalam doa tersebut), Berfokuslah dengan penuh khusuk semata-mata
berharap hanya Ridho dari Allah S.W.T., serta takut akan murka Allah S.W.T.
Melembutkan suara atau merendahkannya, terutama pada
saat berdoa sendirian. Namun jika doa dilaksanakan secara berjama’ah doa boleh
diucapkan dengan suara keras.
Memohon dan berdoa kepada Allah S.W.T. terhadap
hal-hal yang baik, dalam artian jangan sampai berdoa meminta sesuatu yang
buruk.
Menyampaikan doa dengan jelas. Dalam hal ini seorang
harus mengerti maksud dan tujuan doa yang dipanjatkan tersebut, jangan sampai
berdoa namun tidak mengerti maksud dari doa yang dipanjatkannya. Oleh karena
itu boleh kita berdoa dengan menggunakan bahasa Indonesia atau menggunakan
bahasa yang kita ketahui, namun paham/ mengerti maksud dari tujuannya, hal ini
juga akan berpengaruh terhadap tingkat kekhusu’an kita dalm berdoa kepada Allah
S.W.T..
Mengulangi doa sampai tiga kali, atau bahkan
berkali-kali (se-ikhlasnya) dan sesering mungkin. Ketika berdoa jangan sampai
tergesa-gesa.
Menutup doa dengan bacaan tahmid dan Sholawat kepada
baginda Rasulullah Muhammad S.A.W., kemudia mengusap ke wajah dengan kedua
telapak tangan.
Setiap kali usai berdoa harus berusaha semaksimal
mungkin untuk memperbaiki diri dengan jalan bertaubat atas segala kesalahan
yang pernah dilakukan (memperbanyak Istighfar).
Dari beberapa etika dalam berdoa seperti di atas,
khusus pada point keempat, kepada Ali bin Abi Thalib, Baginda Rasulullah S.A.W.
memberikan penjelasan secara terperinci. Baginda Rasulullah Muhammad S.A.W.
memberikan pengajaran bahwa saat berdoa hendaklah kita menengadahkan kedua
tangan; jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Ketinggian tangan saat
berdoa adalah setinggi dada dengan
posisi telapak tangan menengadah. Ditambahkan lagi oleh Rasulullah S.A.W. bahwa
pada posisi seperti itu hendaklah berisyarat dengan jari telunjuk yang kanan.
Semoga Artikel ini bermanfaat bagi seluruh Umat
Muslim dan semoga Allah S.W.T selalu memberikan Ridho kepada kita semua.
Aaamiiiin Ya Rabb !
No comments:
Post a Comment